Post Terbaru

Kisah Teladan dari Bung Tomo



Kisah Teladan dari Bung Tomo - Sutomo lahir di kampong Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kalangan menengah. Ayahnya mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.
Pria yang dikenal dengan sebutan Bung Tomo ini merupakan motor penggerak semangat arek-arek Suroboyo ketika menghadapi tentara Inggris dan sekutu yang berniat kembali menjajah Indonesia. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran- siaran radionya yang penuh dengan emosi, “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!” meskipun Indonesia kalah dalam pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Indonesia.
Ketika disuruh memilih untuk terus berpidato atau menjadi jendral oleh Menteri Pertahanan Amir Syarifudin, Bung Tomo justru memilih pangkat Jendralnya. “Persetan, ora dadi jenderal ya ora pateken,” ujarnya dalam logat Surabaya seperti tertulis dalam buku Sulistina Sutomo, Bung Tomo Suamiku, Biar Rakyat yang Menilai Kepahlawananmu, Visimedia, 2008 (cetakan ke II). 
Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya sebagai seorang muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama. Pada 7 Oktober 1981 Ia meninggal dunia di Mekkah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, Melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel Surabaya, seperti yang diinginkannya. Baginya seorang pejuang harus dekat dengan rakyat dan matinya pun harus bersama rakyat.

Salam...


ADA ADA AJA J

1 Response to "Kisah Teladan dari Bung Tomo"